Page 11 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 11
Ketika gereja tidak memperbolehkan drama dipentaskan di dalam
gereja, drama kemudian dipentaskan di jalan-jalan dan di lapangan.
Peristiwa ini berpengaruh pada perubahan tema lakon yang lebih cenderung
tentang kebajikan, kekayaan, kemiskinan, pengetahuan, dan kebodohan.
Pementasan drama seperti ini disebut drama moral. Pementasan drama
tersebut disebut drama moral karena drama tersebut mengajarkan
adanya pertarungan abadi antara kejahatan dan kebaikan dalam hati
manusia. Di tengah pementasan biasanya dimasukkan unsur badut.
Tujuannya adalah memancing tawa penonton karena jenuh menonton
pementasan berjalan lamban. Ketika muncul reformasi sekitar tahun
1600 M, perkembangan drama abad pertengahan mengalami
kemunduran hingga lenyap sama sekali.
Menurut Herman J. Waluyo dalam Drama: Teori dan Pengajarannya,
ciri-ciri khas drama abad Pertengahan sebagai berikut.
a. Pentas kereta.
b. Dekor bersifat sederhana dan simbolis.
c. Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan
drama modern.
3. Zaman Italia
Komedi Italia meluas ke Inggris dan Nederland. Di Indonesia, gaya
komedi Italia ini dikenal dengan nama ”Seniman Sinting” atau ”Seniman
Miring” dengan tokoh antara lain Marjuki. Menurut Herman J. Waluyo
dalam Drama: Teori dan Pengajarannya, ciri-ciri drama pada zaman ini
sebagai berikut.
a. Improvisatoris atau tanpa naskah.
b. Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan
dahulu, setelah itu pemain berimprovisasi.
c. Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi serta tidak berusaha
mendekati kenyataan.
d. Gejala akting: pantomime, gila-gilaan, adegan, dan urutan tidak
diperhatikan.
Tokoh-tokoh pelaku dalam komedi Italia mirip tokoh-tokoh cerita
pewayangan. Tokoh sudah dipolakan sebagai berikut.
a. Arlecchino (The Hero, pemain utama)
b. Harlekyn (punakawan/badut/clown)
c. Pantalone (ayah sang gadis lakon)
d. Dottere (tabib yang tolol)
e. Capitano (kapten perebut gadis lakon)
f. Columbina (punakawan putri; seperti tokoh Limbuk dan Cangik dalam
wayang)
g. Gadis lakon (primadona yang menjadi biang lakon)
6