Page 97 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 97
Ani : Tapi kuat dan bagus, Nyonya. Berani saya membeli tiga rupiah.
(memberikan lagi sandal)
Perempuan : Saya pilih yang begini sebab saya sudah tua. Untuk kaki nona
tentu saja mesti lebih bagus dari ini. Dan saya lihat tadi di sana
memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan nona.
Ani : (setelah terdiam sejenak) Eh, kopi susu atau susu cokelat
yang mesti saya sajikan untuk Nyonya?
Perempuan : Saya hendak membeli manisan belimbing. Masih ada?
Ani : O, ada, Nyonya. Berapa puluh?
Perempuan : Dua puluh saja, lebih dari dua puluh, uangnya tidak cukup.
Ani : (pergi ke tempat kue-kue, mengambil, menghitung, dan
membungkus manisan belimbing)
Karnaen : (berjalan ke arah pintu keluar)
Ani : Hendak ke mana, Mas?
Karnaen : Ada perlu dulu sebentar. (terus keluar)
Ani : (memberikan bungkusan kepada perempuan) Hanya ini saja,
Nyonya?
Perempuan : (memberikan uang) Ya, ini saja. Betul satu rupiah?
Ani : Betul, Nyonya. (menerima uang) Terima kasih.
Perempuan : Terima kasih kembali.
Ani : Mau terus pulang saja, Nyonya?
Perempuan : Betul. Maklum di rumah banyak kerja. (tiba-tiba memandang
Ani, terus menghela nafas) Ah, sayang anak saya yang laki-
laki sudah meninggal dunia.
Ani : Mengapa nyonya?
Perempuan : Kalau dia masih hidup, . . . ya kalau dia masih hidup, mau saja
memungut nona sebagai menantu.
Ani : Ah!
Perempuan : Sudah, ya. Permisi. (berjalan keluar)
Ani : Selamat bekerja di rumah, Nyonya. (mengantar sampai ke
pintu)
ADEGAN 4
Ani : (pergi ke belakang sambil bernyanyi-nyanyi)
Pengemis : (masuk perlahan-lahan dengan kaki pincang, melihat ke kiri
ke kanan, ke rak tempat kue-kue, kemudian menuju rak itu
dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup toples
hendak mengambil kue)
Ani : (tampil dari belakang) Hei! Engkau mau mencuri, ya!
Pengemis : (cepat menarik tangan, menundukkan kepala)
Ani : Hampir tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang. Tak
nyana, kalau sekarang engkau berani datang di sini dengan
maksud mencuri.
92