Page 98 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 98
Pengemis : Ampun, Nona, ampun.
Ani : Ya, kalau sudah ketahuan, minta ampun.
Pengemis : Saya tak akan mencuri, kalau saya punya uang.
Ani : Bohong!
Pengemis : Betul, Nona, sejak kemarin saya belum makan.
Ani : Mau bersumpah bahwa engkau tak hendak mencuri lagi?
Pengemis : Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, Nona. Asal . . . .
Ani : Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.
Pengemis : (sedih) Ah, Nona, kasihanilah saya.
Ani : Tapi, mengapa tadi kau mau mencuri?
Pengemis : Tidak, Nona, saya tidak akan sekali lagi. Kan saya sudah
bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.
Ani : (mengambil uang dari laci meja) Awas, kalau sekali lagi kamu
mencuri!
ADEGAN 5
Sudarma : (masuk menjinjing tas, melihat kepada pengemis) Mengapa
kau ada di sini? Ayo keluar! (kepada Ani) Mengapa dia
dibiarkan masuk, An?
Ani : Hendak saya beri uang.
Sudarma : Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Toh dia datang hanya
mengotorkan tempat saja.
Ani : (melempar uang kepada pengemis) Nih! Lekas pergi.
Pengemis : Terima kasih Nona, moga-moga Nona panjang umur.
Sudarma : Ayo pergi. Jangan kau mendongeng pula. Lekas dan jangan
datang lagi di sini!
Pengemis : (pergi keluar dengan kaki pincang)
Sudarma : Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita
dikotorinya (dengan suara lain). Tak ada yang menanyakan
aku?
Ani : Ada, tapi entah dari mana. Karnaenlah yang menerima
teleponnya tadi.
Sudarma : Anakku sudah biasa lalai. Barusan dia ketemu di jalan, tapi
tidak mengatakan apa-apa. (mengangkat telepon) Sembilan
delapan tiga.
Ani : (mengelap kursi)
Sudarma : (kepada Ani) Meja ini masih kotor, An.
Ani : (mengelap meja)
Sudarma : (dengan telepon) Tuan kepala ada? Baik-baik; (menunggu)
Waaah, kalau sudah banyak uangnya lama tidak kedengaran
suaranya, ya? Ini Sudarma, Bung. Ha ha ha, betul! Biasa saja,
menghilang sebentar untuk kembali berganti bulu. (tertawa)
Tapi Bung, bagaimana dengan benang kanteh yang dijanjikan
itu? Ya, ya, benang kanteh. Ah, ya! Bagus, bagus. Lebih cepat,
93