Page 127 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 127
kaum gelandangan saat ini tidak jauh berbeda dengan isi cerita
drama yang dikarang oleh Iwan Simatupang. Dalam kehidupan
nyata, kaum gelandangan berusaha dengan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu pula dalam cerita drama
tersebut, para gelandangan juga berusaha berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Drama ”RT 0 RW 0” memuat masalah kehidupan kaum
gelandangan
Dalam drama ini pengarang mencoba mengungkapkan masalah
kehidupan kaum gelandangan yang tinggal di kolong jembatan untuk
bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka tidak
selalu melakukan kegiatan-kegiatan negatif, seperti mencuri. Drama
”RT 0 RW 0” karya Iwan Simatupang menyadurkan secara sederhana
masalah kehidupan gelandangan kota besar untuk bertahan hidup.
Masalah ini mendorong penulis untuk mengkaji lebih tentang cara
bertahan hidup gelandangan di kota besar seperti yang tertuang
dalam naskah drama tersebut.
Lakon drama ”RT 0 RW 0” karya Iwan Simatupang menjelaskan
bahwa masyarakat tidak memberi kesempatan kepada para
gelandangan untuk bekerja seperti manusia normal pada umumnya.
Masalah ini semakin mendorong para gelandangan tidak lepas
dari komunitas yang dipandang kasta terendah di kota besar.
Percakapan antara tokoh Kakek dan Picang berikut ini menjelaskan
ketidakpedulian masyarakat terhadap para gelandangan yang ingin
mendapat hidup lebih baik.
Kakek : Kalau tidak salah kau tidak henti-hentinya cari kerja?
Pincang : Ya, tapi tak pernah dapat.
Kakek : Alasannya?
Pincang : Masyarakat punya prasangka-prasangka tertentu terhadap
jenis manusia seperti kita ini.
Kakek : Eh, bagaimana rupanya seperti kita ini?
Pincang : Masyarakat telah mempunyai keyakinan yang berakar
dalam, bahwa, manusia gelandangan seperti kita sudah
tak mungkin bekerja lagi dalam arti yang sebenarnya.
Kakek : Menurut mereka, kita cuma bisa apa?
Pincang : Tidak banyak, kecuali barang kali sekadar mempertahankan
hidup taraf sekadar tidak mati saja. Dengan batok kotor
kita yang kita tengadahkan kepada siapa saja, ke arah
mana saja. Mereka anggap kita ini sebagai suatu kasta
tersendiri. Kasta paling hina, paling rendah.
122