Page 106 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 106
Tivri : Tapi salaman dulu!
Pekerja : . . . . Cepet!
Tivri : Kalau tidak jujur dalam berkata jujur tidak akan pernah
mujur!
Pekerja : Cepat!
Tivri : Tidak usah dikatakan, Juragan sudah tahu itu emas,
makanya buru-buru dijual.
Semua bengong.
Pekerja : O nasib!
Semua pekerja ambruk, Tivri bengong, Juragan dan Alung muncul.
Juragan : Kenapa belum mulai bekerja?
Tivri : Semuanya kena serangan jantung, Juragan, karena
Juragan sudah menjual harta karun itu.
Juragan : Harta karun apa?
Tivri : Lho, juragan tidak tahu?
Juragan : Tidak tahu apa?
Tivri : Yang tadi Juragan jual itu bukan batu tapi harta
karun?
Juragan : Harta karun?
Istri : Ya Tuhan harta karun sebesar gajah? Diangkut ke luar
negeri sebagai batu? Aku juga jantungan!
Istri tumbang.
Juragan : Jadi, aku sudah menjual harta karun sebagai batu?
Tivri : Lho, aku kira Juragan tahu!
Juragan : Habis mereka bilang batu, bagaimana aku tahu! Aku
pingsan.
Alung : Sebentar dibersihkan ada batunya. (membereskan) Nah
silakan Juragan.
Juragan : Kau saja duluan!
Alung : Apa kata Juragan! Si Alung pingsan!
Alung pingsan.
Juragan : Gila kalau begini caranya, aku kapok, mulai sekarang
aku perintahkan jangan ada kata bohong lagi. Tidak
boleh ada dusta di antara kita! Semua harus jujur! Jujur
kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada
pemimpin, jujur kepada diri sendiri. Jujur kepada . . . .
Tivri memukul bel dan mengambil corong, sementara Juragan terus
berbicara.
Tivri : Para pemirsa di seluruh Tanah Air mulai saat ini kita
memasuki era baru satu kata dengan perbuatan. Kita
bersumpah dalam berkata selamanya jujur!
Terdengar lagu kerja. Kabut mulai datang lagi dan di bukit nampak silhuet
orang-orang bekerja.
Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2011/04/naskah-drama-cipoa.html
101