Page 118 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 118

Tokoh Kakek digambarkan tokoh yang bijaksana dan sabar menerima
                         kehidupan. Tokoh Kakek juga sebagai penengah di antara tokoh yang
                         ada dalam drama tersebut. Watak Kakek dapat dibuktikan dengan dialog
                         berikut.
                            Kakek :  Sudahlah. Kalau kalian tak lekas berhenti cekcok, aku kuatir
                                  nama Raden Ajeng Kartini sebentar lagi bakal disebut-sebut
                                  nanti di sini.
                            Hujan masih turun. Sesekali tampak kilatan. Pincang dan Kakek sedang
                            makan, langsung dari kaleng mentega.
                            Kakek :  Hukum masyarakat tetap begitu. Kalau mau melamar kerja,
                                  tampillah dengan tampangmu yang paling menguntungkan.
                            Kakek :  Menanti-nantikan datangnya kebetulan bernasib baik itulah yang
                                  sebenarnya kita lakukan tiap hari di kolong jembatan ini.
                            Kakek :  Itu masih mendingan. Itu namanya, bahkan dengan mayat kita,
                                  kita masih bisa menjadi pahlawan-pahlawan tak dikenal bagi
                                  kemanusiaan, lewat ilmu urai untuk mahasiswa-mahasiswa
                                  kedokteran. Apa jadinya dengan kemanusiaan nantinya, tanpa
                                  kita?
                            Tokoh Pincang dalam penggalan naskah drama tersebut memiliki
                         watak orang pantang menyerah, tetapi juga pemarah. Watak tokoh
                         Pincang dalam penggalan drama tersebut dapat dibuktikan dengan
                         dialog berikut.

                            Pincang membanting kalengnya ke tanah.
                            Kakek  :  kalau aku tak salah, kau tak henti-hentinya cari kerja.
                            Pincang :  Ya, tapi tak pernah dapat.
                            Kakek :  Alasannya?
                            Pincang :  Masyarakat punya prasangka-prasangka tertentu terhadap
                                   jenis manusia seperti kita ini.
                            Kakek  :  Eh, bagaimana rupanya seperti jenis kita ini?
                            Pincang :  Masyarakat telah mempunyai keyakinan yang berakar dalam,
                                   bahwa manusia-manusia gelandangan seperti kita ini sudah
                                   tak mungkin bisa bekerja lagi dalam arti yang sebenarnya.

                      2. Alur Cerita/Plot
                            Adapun alur yang terdapat pada drama ”RT 0 RW 0” adalah alur
                         maju atau alur lurus. Penulis naskah drama menceritakan awal mula
                         adegan sampai pada akhir adegan.
                            Tahap pelukisan awal cerita tersebut ketika terjadi dialog antara
                         Kakek, Pincang, dan Ani yang membicarakan suara gemuruh dan
                         berbagai aturan yang dilanggar. Komplikasi atau pertikaian awal terjadi
                         setelah adanya cekcok antara Ani dan Pincang. Masalah muncul ketika
                         Ani menolak makanan pemberian Pincang. Titik puncak masalah terjadi







                                                                               113
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123