Page 114 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 114
Ani : Kira-kira dikit, ya. Kau ini sesungguhnya apa, siapa? Berani-berani
cemburu. Laki-laki tak tahu diuntung!
Ina : Ah, sudahlah, Kak.
Ani : Apa yang sudah? Aku ingin tanya kau, hei Ina: (. . . .)
Ina : Tak pernah.
Ani : Mentang-mentang semua main pordeo di sini.
Pincang : Pordeo? Akupun punya sahamku dalam kehidupan di sini.
Ani : Saham? Kau hingga kini kontan mencicipi hasil sahammu yang
setengah busuk semua itu. Labu siam, bawang prei, beras menir,
dan ubi yang semuanya setengah atau malah semua busuk
. . . ! Kau anggap apa si Ina ini? Kau anggap apa kami wanita
ini, hah?
Kakek : Sudahlah. Kalau kalian tak lekas berhenti cekcok, aku kuatir nama
Raden Ajeng Kartini sebentar lagi bakal disebut-sebut nanti di
sini.
Ani : (kesal melihat kakek) Ayo Ina, lekasan pakai baju. Kita lekas
pergi.
Kakek : (nada kelakar) Nasi putih sepiring . . . .
Pincang : (idem) Sepotong daging rendang, bumbunya kental berminyak-
minyak . . . .
Kakek : Telor balado . . . .
Pincang : Teh manis panas segelas penuh . . . .
Kakek : Dan sebagai penutup: sebuah pisang raja . . . .
Pincang : Warnanya kuning keemas-emasan . . . .
Ani : (selesai mengenakan bajunya) Ya, tuan-tuan. Semuanya itu akan
kami nikmati malam ini. Cara apa pun akan kami jalani, asal kami
dapat memakannya malam ini. Ya, malam ini juga!
Ina : (juga sudah siap) Mari, Kak.
Suara geluduk keras, disusul kilatan-kilatan. Tak lama kemudian, hujan
kedengaran turun lebat.
Ina : (melihat ke Ani) Gimana, Kak?
Ani : Terus, pantang mundur! Kita bukan dari garam, kan?!
Kakek : Selamat bertugas! Entah basah, entah kering. Semoga kalian
menemukan apa yang kalian cari.
Ani : Kalau rejeki kami baik malam ini, kami akan pulang bawa oleh-
oleh.
Ani dan Ina dengan sepotong tikar robek menutupi kepalanya, pergi. Hujan
semakin lebat juga.
109