Page 47 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 47
Menurut W.S. Rendra ada dua faktor yang berhubungan dengan
masalah timing.
1) Hubungan waktu antara gerakan jasmani dengan kata yang
diucapkan. Gerakan bisa dilakukan sebelum kata-kata diucapkan,
sambil kata-kata diucapkan, dan bisa pula setelah kata-kata
diucapkan. Gerakan ini untuk memberikan atau menghilangkan
tekanan. Dialog naskah menjadi dasar alasan perbuatan itu.
2) Akibat yang ditimbulkan timing jika dipergunakan untuk
memberikan tekanan. Jika gerakan itu erat sekali berhubungan
dengan kata yang diucapkan, akanlah memberikan penekanan
pada kata yang diucapkan itu. Jika gerakan dilakukan, sementara
kata-kata diucapkan, yang menonjol adalah emosi pemain itu.
Timing bisa memberikan penjelasan terhadap alasan perbuatan
jika gerakan dilakukan sesudah kata-kata diucapkan. Dalam
komedi, peranan timing ini sangat penting.
f. Terlalu Banyak Penjelasan
W.S. Rendra membagi bagian over atau terlalu banyak penjelasan
menjadi tiga macam, yaitu: over acting, obvious acting, dan ham
acting. Ketiga-tiganya berpangkal pada over acting, yaitu keinginan
pemain untuk menonjolkan diri secara berlebihan (melampaui porsi
seharusnya). Over acting dapat berwujud gerakan, tetapi dapat pula
dalam pembicaraan, kostum, dan make up. Dandanan melebihi
proporsi, make up wajah berlepotan, tidak sesuai dengan porsinya
dapat dikategorikan over acting. Obvious acting adalah acting yang
terlalu jelas karena terlalu banyak penjelasan sehingga membuat
tanggapan penonton menjadi kacau. Contoh obvious acting ini seperti
yang dilakukan oleh penjual jamu belum berpengalaman. Akting
pemeran penjual jamu tersebut lebih terlihat dari suaranya ketika
menawarkan jamunya, tidak pada aktingnya. Ham acting adalah
acting memuakkan, membuat nek atau mual karena segalanya
berlebih-lebihan. Tugas sutradara adalah mengerem bagian-bagian
over ini sehingga timbul keharmonisan dan kemanisan peran, tetapi
komunikatif.
g. Mengatur Tempo Permainan
Sutradara harus mengatur cepat lambatnya permainan sehingga
konfl ik drama dapat menanjak dan mencapai klimaksnya sesuai
dengan harapan naskah. Oleh sebab itu, pengaturan kecepatan
adegan, dialog, dan greget saut (saling menjawab dialog) dirumuskan
secara baik oleh sutradara.
Ada dialog yang harus diselingi jeda (perhentian), tetapi ada
dialog yang membutuhkan sambutan cepat, dan mengalir secara
beruntun. Tempo harus tumbuh dari dalam jiwa pemain yang
menggambarkan situasi pikiran dan perasaan pemeran.
42