Page 62 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 62
2) Cepung
Cepung pada dasarnya adalah seni membaca kitab lontar,
khususnya cerita ”Monyeh” yang diiringi oleh iringan bunyi suling
dan redeb serta peniruan suara-suara instrumen lain gamelan
dengan mulut. Penamaan cepung mungkin dari iringan suara
gamelan yang berasal dari mulut ke mulut: cek, cek, cek, cek,
pung.
Lontar ”Monyeh” ditulis oleh Jero Mahram tahun 1859. Latar
belakang cerita tersebut adalah fi lsafat Islam dengan tujuan
pengembangan agama.
Pemain cepung sedikitnya enam orang, terdiri atas seorang
pembaca lontar, seorang pemain redeb, seorang pemain suling,
dan tiga orang sebagai penembang. Para pemain duduk dalam
bentuk setengah lingkaran. Musik, tari, mimik, dan lawak
merupakan unsur-unsur yang selalu ada dalam seni cepung.
Bahasa yang dipergunakan dalam seni cepung bahasa Sasak.
Pementasan seni cepung dilengkapi dengan sesajian berupa
ayam, tuak, kembang, beras, uang kepeng, benang, dan sirih
pinang.
Pembawaan cerita
dalam seni cepung kadang
dilakukan secara improvisasi
dengan penegasan gerak
tari, mimik wajah, dan
iringan musik. Cerita cepung
berpusat pada penyamaran
seorang pangeran me-
ngenakan pakaian monyeh
dan percintaannya dengan
Sumber: http://assets.kompas.com/data/
seorang putri yang masih photo/2012/12/26/ 1535316-cepung-p.
kerabat dekatnya. Unsur jpg, diunduh 13 Maret 2014
Cepung
humor atau lawak dalam
teater tutur ini juga tidak
terlupakan.
3) Arja
Teater arja semacam gending karesmen yang menekankan
harmoni antara tari dan nyanyian (tembang). Sumber teater arja
dapat ditelusur dari Gambuh yang disederhanakan unsur-unsur
tariannya.
Teks tembang dalam teater arja berupa Macapat dalam
bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali halus. Iringan gamelan
dalam teater arja ditabuh dengan suara lunak (lirik) karena dialog
dilakukan dengan nyanyian tembang. Para pemainnya mula-
mula semua pria, tetapi kini justru banyak wanitanya karena
penekanan pada unsur tari dan tembang.
57