Page 67 - drama_pengetahuan_dan_apresiasi
P. 67

Sumber: http://henrinurcahyo.fi les.wordpress.com/2012/09/00-fotone.jpg, diunduh 13 Maret 2014
                                Ketoprak
                                besar kecilnya alu, kekuatan yang diberikan, serta pengolahan
                                irama permainan membuahkan lagu-lagu khas perdesaan. Lagu-
                                lagu perdesaan tersebut, misalnya ”Kuputarung”, ”Randagangsu”,
                                ”Bluluk Tiba”, ”Pakyong”, ”Jenthu”, dan ”Negorpring”.
                                   Pada permainan kotekan lesung ini kemudian masuk alat
                                musik daerah, seperti kendang, suling, dan terbang. Para wanita
                                dan remaja yang tidak kebagian alu kemudian menari-nari
                                sambil menyanyikan tembang Macapat atau tembang-tembang
                                desa lainnya. Ketika cerita-cerita perdesaan ditambahkan
                                sebagai tema, mulailah berwujud ketoprak lesung. Bahasa yang
                                digunakan dalam ketoprak lesung bahasa Jawa (ngoko).
                                   R.M.T. Wreksadiningrat, seorang seniman pahat dan
                                gambar serta bangunan, memboyong ketoprak lesung ke
                                kediamannya dan mengembangkannya. Dalam waktu singkat
                                permainan ketoprak lesung mendapat perhatian dari khalayak
                                ramai. Tokoh pemain drama yang terkenal pada saat itu adalah
                                Ki Wisangkara dan Mbok Gendra. Kegiatan tersebut diteruskan
                                oleh Ki Wasangkara setelah R.M.T. Wreksadiningrat wafat.
                                Ki Wasangkara mendirikan ketoprak Wreksatama pada tahun
                                1924. Selanjutnya, Ki Jagatrunarsa mendirikan Ketoprak Krida
                                Madya Utama pada tahun 1925.
                            7) Langendriyan
                                   Langendriyan berasal dari kata  langen dan  driya. Kata
                                langen berarti hiburan,  driya berarti hati. Jadi, lagendriyan
                                berarti penghibur hati. Langendriyan adalah sebuah bentuk
                                teater daerah (drama tari) Jawa yang menggabungkan unsur
                                tari, karawitan, dan drama. Langendriyan lebih mengutamakan
                                penampilan seni suara atau olah vokal karena seluruh dialog
                                dalam pertunjukan ini dilakukan dalam bentuk vokal. Orang-
                                orang asing yang pernah menonton pementasan langendriyan
                                menyebut teater daerah ini opera tari Jawa.





                        62
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72